Sabtu, 07 Januari 2017

Resensi Novel Critical Eleven

Critical Eleven by Ika Natassa


     Critical Eleven adalah sebuah istilah dalam dunia penerbangan yang berarti sebelas menit paling kritis dalam pesawat karena kecelakaan pesawat umumnya terjadi di rentang waktu ini. Tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing.

       Sama dengan halnya-11 menit kritis dalam-perkenalan, 3 menit pertama timbul kesan pertama kita terhadap orang tersebut dan delapan menit terakhir adalah ketika perilaku dan ekspresi orang tersebut memutuskan apakah itu akan menjadi awal dari sebuah sesuatu atau malah sebuah perpisahan.

       Novel Critical Eleven menceritakan satu pasangan bernama Aldebaran Risjad (Ale) dan Tanya Baskoro (Anya) yang pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sidney. Tiga menit pertama, Anya tertarik oleh Ale. Lalu mereka mulai mengobrol dan merasa click with each other. Delapan menit terakhir, Ale merasa terpikat dengan Anya dan yakin dia menginginkan Anya.
      
       Singkat cerita, mereka pun pacaran dan menikah. Ale bekerja sebagai petroleum engineer yang mengharuskan dia untuk membagi waktunya antara libur dan kerja 50:50. Lima minggu bekerja, lima minggu libur. Sedangkan Anya yang bekerja sebagai management consultant tetap di Jakarta. 
       
       Ale dan Anya saling mencintai, hambatan waktu dan hambatan geografis tidak menjadi masalah besar bagi mereka. Ale dan Anya menjalani lima tahun pernikahan mereka dengan baik dan saling mencintai satu sama lain. Banyak kejadian romantis di antara mereka, seperti saat Ale melamar Anya, saat mereka berjalan-jalan keliling New York, Ale dan Anya berbagi cerita melalui skype, and so on. Pernikahan yang sangat diingini oleh pasangan lain.

       Tapi konflik itu datang, tragedi buruk yang mengubah segalanya dan kejadian buruk itu diperkeruh dengan Ale yang mengucapkan satu kalimat yang semakin memperburuk semuanya, satu kalimat yang sangat ia sesali, satu kalimat yang membuat Anya benci padanya. Anya merasa marah dan sejak saat itu, sikap Anya langsung berubah dingin dan menutup diri dan pernikahan mereka tidak bisa disebut lagi pernikahan manis yang diidamkan pasangan lain.

       Dalam waktu satu bulan, Ale berusaha mati-matian untuk menyembuhkan sakit hati Anya terhadap perkataannya dulu, membuat Anya-nya kembali, membuat Anya menggagapnya kembali sebagai suami yang mencintainya, membuat Anya kembali percaya bahwa dia selalu ada dan tidak akan menyakitinya lagi, dan meyakinkan Anya bahwa ia masih mencintai Anya dengan setulus hati.

       Saat usaha Ale mulai membuahkan hasil dan hubungan mereka membaik, Anya kembali menarik diri. Anya masih merasa marah, benci, dan terlalu takut sehingga ia sendiri bingung dengan perasaannya. Ia sangat benci dan marah terhadap Ale, tapi ia sendiri tahu bahwa di dalam dirinya, ia masih sangat mencintai pria itu. Ia berusaha keras melupakan Ale dalam hidupnya dan dalam proses itu pun, kenangan-kenangan manisnya bersama Ale terus menghantam pikirannya dan ia merasa masih sangat mencintai Ale.

       Disinilah, Ale dan Anya diperhadapkan dengan dua pilihan. Mempertahankan pernikahan atau justru mengakhirinya?  Terus memperjuangkan atau menyerah saja?

       Yang saya suka dari novel ini.. ya, banyak. Karena anti-mainstream? Iya. Karena gaya penulisannya bagus dan rapi? Pastinya. Tokoh yang lovable (siapa yang bisa nolak pesona Ale)? Jelas.
      
       Saya suka (BANGET) dengan tulisan Ika Natassa yang bisa membuat baper orang-orang, yang dapat membuat kita cinta pada buku ini pada halaman pertama, dan yang bisa membuat kita merasakan menjadi tokoh dalam cerita. You know that one kind of story that stucks on your head for days or even months? Yap, Critical Eleven does that to me. Satu hal lagi yang saya suka dari novel ini adalah adanya arti dan makna super serius di tiap kalimat, bahkan kata-kata yang terdengar santai bisa mengandung arti yang sangat ngena di hati.

       Dengan kepiawan Ika dalam “meracik” cerita ini, kami para pembaca diseret untuk benar-benar masuk ke dalam cerita ini dan saya pun tidak bosan-bosannya membaca cerita ini berulang-ulang. “Racikan” Ika Natassa bukan saja sekadar “enak” tapi buku ini menyandang predikat “nendang mampus”, tidak hambar. Terlepas dari adegan-adegan galau, terdapat banyak kejadian-kejadian yang lucu juga, misalnya percakapan Ale dengan Paul (arsitek dari Medan yang juga ada di Buku TAOL).

       Last but not least, kelebihan dan kekurangan Critical Eleven untuk menutup resensi ini. 

       Kelebihan pertama adalah buku ini diceritakan dengan sudut pandang tokoh (POV) yang berbeda-beda sehingga kami para pembaca dapat merasakan perasaan tokoh secara mendetail dan dapat mengetahui secara jelas apa yang dipikirkan, dirasakan, dilakukan oleh masing-masing tokoh. 
       
       Kelebihan kedua: Cerita disampaikan secara piawai oleh Ika Natassa sehingga kami para pembaca serasa memerankan tokoh dalam cerita (sudah dijelaskan di paragraf-paragraf sebelumnya).

       Kelebihan ketiga: Untuk kalian para pencinta quotes, kalian HARUS baca buku Critical Eleven- ralat, semua karya Ika Natassa, karena terdapat puluhan quotes yang bertebaran didalamnya. Yap, quotes yang menohok hati. 
  
       Kelebihan keempat: Pembatas buku dan cover yang artsy abis (beberapa cover bahkan didesign oleh Ika sendiri lhoo) untuk kalian pencinta seni. Ini termasuk kelebihan, lhoo... Well, siapa sih yang tertarik sama buku yang covernya aja boring

       Kelebihan kelima: (Kalian mending beli bukunya dan isi sendiri)

        Untuk kekurangannya, uhmm, saya rasa tidak ada (beneran, ga ngada-ngada ☺).

       Kata-kata terakhir: Critical Eleven is an indescribable, magnificent, excellent, terrific, must-read novel by Ika Natassa.

P.S : Siapa yang penasaran akan kelanjutan hubungan Harris dan Keara
yang ada di Antologi Rasa? Nah, kalian bisa menghilangkan rasa penasaran kalian dan menemukan jawaban kalian di novel ini.

P.S.S: Kalian bisa menemukan tokoh dari Divortiare, Twivortiare, Twivortiare2 –iya, Beno and fam- disini! (Kalau kalian baca dengan serius, yaaa)

P.S.S.S: Novel ini bakal dibuat filmnya!!! Tayang tahun 2017 di bioskop, yang diperankan oleh Reza Rahardian as Ale dan Adinia Wirasti as Anya. 

Ekspektasi saya terhadap film Critical Eleven cukup tinggi dan saya rasa ekspetasi ini tidak akan “terhempas jatuh” karena selain pemainnya bagus-bagus, cerita Critical Eleven memang magnificent. Banyak yang bilang kalau buku dijadikan film akan terpotong ceritanya, kurang greget, atau ceritanya tidak sesuai dengan novelnya tapi menurut saya, tidak dengan film Critical Eleven. Semua adegan dalam novel ini sangat WOW, bahkan adegan-adegan kecilnya, jadi cerita yang dipotong pasti tidak terlalu banyak. Singkat kata, kalau novelnya saja bagus banget, nget, nget harusnya filmnya juga bagus banget (nget,nget, nget) juga, kan?

Identitas buku:
1. Judul buku: Critical Eleven
2. Pengarang: Ika Natassa
3. Editor: Rosi L. Simamora
4. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
5. Tahun terbit: Februari 2016 (cetakan kesepuluh)
6. Tebal buku: 344 halaman
7. Ukuran buku: 20 cm
8. ISBN: 978-602-03-1892-9






Kamis, 22 Desember 2016
© Copyright 2017 by Lovisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar